KENDARI, NULISPRENEUR.COM – Mr. Saha, seorang pengajar profesional matematika yang beralih profesi menjadi petani milenial, kini menjadi salah satu pelopor pertanian modern di Sulawesi Tenggara.
Dengan pengalaman mengajar di dalam dan luar negeri, ia membawa pendekatan baru dalam dunia pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan petani Indonesia.
Perjalanan Karier: Dari Pendidikan ke Pertanian
Mr. Saha memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, yakni menyelesaikan studi matematika di Universitas Negeri Gorontalo (2007–2011) dan Universitas Pendidikan Indonesia (2013–2014).
Kariernya sebagai pengajar dimulai sejak mendirikan Guidance Mathematic Club pada 2009–2011, kemudian mengajar di SMP 8 Borong, NTT, hingga melanjutkan pengajaran di Malaysia selama empat tahun (2014–2018).
Namun, panggilan hidupnya berubah ketika ia menyadari potensi besar pertanian Indonesia yang belum tergarap optimal. Tahun 2015, ia memulai inisiatif “Petani Milenial,” sebuah program yang memadukan teknologi dan strategi modern untuk meningkatkan produktivitas serta efisiensi pertanian.

BACA JUGA: Terobosan Petani Milenial Group: Inovasi Pariwisata Pertanian Berbasis Desa Wisata
Inisiatif dan Kontribusi
Melalui “Petani Milenial,” Mr. Saha tidak hanya berfokus pada produksi hasil tani, tetapi juga pada strategi tata niaga untuk mengurangi limbah hasil panen.
Baginya, tantangan utama pertanian Indonesia bukan hanya produktivitas, tetapi juga bagaimana hasil tani dapat dikelola dan dipasarkan secara efektif.
Selain itu, ia turut mendirikan berbagai program inovatif seperti Kampoeng Inggris Kendari (2019) dan Ptm Syariah Group & Agrowisata California (2020), yang menggabungkan sektor pertanian dengan pendidikan dan pariwisata.
Keahlian Mr. Saha meliputi pengajaran matematika, pelatihan mental aritmatika, serta pelatihan kuda pacu nasional. Ia juga menguasai bahasa Inggris dan Indonesia dengan baik, yang memungkinkannya berkomunikasi secara luas untuk menyampaikan visinya.
Alasan Menekuni Bidang Pertanian
Menurut Mr. Saha, di negara-negara maju, petaninya hidup makmur, padahal potensi pertanian mereka sebenarnya jauh lebih kecil dibandingkan Indonesia. Awalnya, ia berpikir bahwa petani di Indonesia tidak pernah makmur karena kurangnya pengetahuan tentang teknik pertanian, sehingga hasilnya tidak maksimal.
“Dari dugaan ini, saya mulai berusaha. Kami, para petani milenial, memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan produktivitas pertanian,” ujarnya.
Namun, seiring perjalanan waktu, ia menyadari bahwa sebenarnya pertanian di sini sudah sangat produktif. Permasalahannya bukan pada hasil tani, melainkan pada pengelolaannya.
Hasil pertanian sering kali terbuang, terutama saat musim panen tiba. Dari sini, Mr. Saha mulai melihat permasalahan ini dengan pandangan baru: petani perlu strategi tata niaga yang lebih baik untuk mengelola hasil pertanian.
Tentu saja, hal ini juga memerlukan partisipasi aktif dari pemerintah. Pemerintah tidak bisa terus-menerus hanya berbicara soal produksi tanpa memperhatikan tata niaga pertanian. Hal inilah yang sering menghancurkan kesejahteraan petani di negeri ini.
“Saat ini, kami mencoba meningkatkan sektor pertanian, bukan hanya sebagai pusat produksi, tetapi juga sebagai bagian dari industri dan pariwisata. Dengan cara ini, sektor-sektor industri dan pariwisata bisa berkembang, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan kesejahteraan petani dan ekosistem pertanian itu sendiri,” pungkasnya.
Ketika ditanya tentang target jangka panjang dari usaha industri pertanian yang dirintisnya, Mr. Saha mengatakan, target utama petani milenial adalah menjadikan Indonesia mandiri pangan tanpa perlu impor.

BACA JUGA: Petani Milenial Group Hadirkan Program Transformasi Lahan Tidur: Kami Tanamkan
Karya Buku dan Edukasi
Sebagai bentuk kontribusi edukasi, Mr. Saha telah menerbitkan sejumlah buku panduan pertanian, seperti Panduan Menanam Jeruk Nipis (2019), Panduan Menanam Jambu Kristal (2020), hingga Panduan Menanam Alpukat Sesuai Pengalaman (2023) dan buku yang membahas Menyiapkan Lahan Siap Tanam.
Buku-buku ini bertujuan untuk membimbing petani pemula dan generasi muda dalam memanfaatkan potensi pertanian.
Mr. Saha percaya bahwa generasi milenial memiliki peran besar dalam merevolusi pertanian Indonesia. Ia terus mendorong generasi muda untuk melihat pertanian sebagai sektor yang modern, menjanjikan, dan strategis.
Dengan dedikasi dan visinya, Mr. Saha telah menunjukkan bagaimana seseorang dapat berkontribusi pada pembangunan daerah melalui sektor pariwisata pertanian yang menggabungkan ilmu, inovasi, dan semangat untuk perubahan.
Editor: Fitrah Nugraha
Post Comment