Tips Menentukan Harga Jual Produk yang Ideal

KENDARI, NULISPRENEUR.COM – Menentukan harga jual produk bukan sekadar menempel label angka pada barang dagangan. Ini adalah seni sekaligus strategi yang menentukan apakah bisnismu akan bertahan dan berkembang atau justru stagnan.

Banyak pelaku usaha pemula terjebak dalam dilema—maunya untung besar, tapi takut dianggap terlalu mahal.

Nah, untuk itu, penting bagi #SobatPreneur memahami cara cerdas dalam menentukan harga yang pas, adil, dan tetap menguntungkan!

Dikutip dari berbagai sumber, berikut tiga strategi utama yang bisa membantu kamu menentukan harga jual produk secara tepat, efektif, dan relevan dengan kondisi pasar saat ini.

1. Pahami Komponen Biaya Produksi

Langkah pertama dalam menentukan harga jual produk adalah memahami semua biaya yang terlibat dalam proses produksi. Tanpa ini, #SobatPreneur bisa salah menghitung margin dan akhirnya rugi meski produk laku keras.

Apa saja komponen biaya yang perlu dihitung?

  • Biaya bahan baku: Semua bahan yang digunakan dalam membuat produk.
  • Biaya tenaga kerja: Upah pekerja atau waktu pribadi jika dikerjakan sendiri.
  • Biaya operasional: Listrik, air, transportasi, sewa tempat, dan kebutuhan lain yang mendukung produksi.
  • Biaya kemasan dan distribusi: Termasuk ongkos kirim ke pelanggan atau mitra reseller.
  • Biaya tak terduga: Cadangan biaya untuk hal-hal yang tidak terduga seperti kenaikan harga bahan baku.

Tips:

  • Gunakan template atau software sederhana seperti Excel atau aplikasi pencatatan keuangan agar semua biaya tercatat rapi.
  • Jangan lupakan komponen biaya promosi dan marketing!

BACA JUGA: Islamic Greend Village Kendari Hadirkan Program Nabung Rumah: Solusi Memiliki Hunian Lingkungan Islami dengan Transaksi 100 Persen Syariah

2. Kenali Target Pasar dan Daya Beli Konsumen

Setelah tahu berapa biaya yang dikeluarkan, sekarang waktunya memahami siapa target pasar kamu dan berapa kemampuan mereka membayar.

Produk yang sama bisa punya harga jual berbeda tergantung siapa yang dituju. Misalnya, kaos basic bisa dijual Rp50.000 untuk pasar umum, tapi bisa dijual Rp150.000 jika branding-nya kuat dan menyasar komunitas premium.

Hal yang perlu diperhatikan:

  • Segmentasi pasar: Apakah kamu menyasar anak muda, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, atau komunitas tertentu?
  • Daya beli konsumen: Berapa rata-rata penghasilan mereka dan seberapa besar kemungkinan mereka mengeluarkan uang untuk produkmu?
  • Persepsi nilai (value): Semakin tinggi nilai yang dirasakan oleh konsumen, semakin tinggi harga yang bisa ditawarkan.

Tips:

  • Lakukan survei kecil-kecilan di media sosial atau marketplace untuk melihat kisaran harga kompetitor.
  • Jangan bersaing hanya lewat harga—tawarkan value yang berbeda.

3. Gunakan Strategi Penetapan Harga yang Sesuai

Ada banyak strategi penetapan harga jual yang bisa kamu pilih sesuai dengan karakter produk dan tujuan bisnismu. Menentukan strategi yang tepat akan membantumu tampil menonjol di tengah persaingan pasar.

Beberapa strategi yang bisa digunakan:

a. Cost Plus Pricing
Metode klasik: menghitung total biaya dan menambahkan margin keuntungan.
Contoh: Total biaya Rp30.000 + margin 50% = Harga jual Rp45.000.

b. Value-Based Pricing
Menentukan harga berdasarkan nilai manfaat yang dirasakan pelanggan, bukan sekadar biaya produksi. Biasanya digunakan untuk produk premium.

c. Competitor-Based Pricing
Melihat harga jual kompetitor lalu menyesuaikan di atas atau di bawah harga pasar. Cocok untuk produk yang banyak pesaingnya.

d. Psychological Pricing
Gunakan harga psikologis seperti Rp99.000 dibanding Rp100.000 karena terlihat lebih murah di mata konsumen.

e. Penetration Pricing
Menetapkan harga murah di awal untuk menarik pasar, kemudian perlahan menaikkan seiring pertumbuhan brand.

f. Bundling / Paket Harga
Menjual produk dalam bentuk paket agar terlihat lebih hemat, meskipun margin tetap menguntungkan.

4. Uji Coba dan Evaluasi Secara Berkala

Harga jual yang ideal bukan harga yang ditentukan sekali lalu dipakai selamanya. Dalam dunia bisnis yang dinamis, #SobatPreneur perlu melakukan uji coba harga dan mengevaluasi secara rutin.

Cara melakukan uji coba harga:

  • Buat dua versi harga (A/B Testing) dan lihat mana yang menghasilkan penjualan terbaik.
  • Bandingkan respon pasar sebelum dan sesudah perubahan harga.
  • Evaluasi margin keuntungan, biaya promosi, dan tingkat kepuasan pelanggan.

Tanda bahwa harga jual perlu disesuaikan:

  • Penjualan stagnan atau menurun.
  • Margin tidak mencukupi untuk operasional.
  • Ada lonjakan biaya produksi.
  • Kompetitor mengubah strategi harga mereka.

BACA JUGA: Kendari Pintar Digital Hadir Jadi Mitra Tumbuh Bisnis Lokal di Era Digital

5. Tingkatkan Nilai Produk agar Harga Lebih Kompetitif

Jika #SobatPreneur ingin menjual dengan harga lebih tinggi, maka pastikan nilai yang ditawarkan juga meningkat. Orang akan rela membayar lebih jika merasa produkmu worth it.

Cara meningkatkan value produk:

  • Branding yang kuat: Logo, packaging, dan komunikasi yang konsisten.
  • Pelayanan pelanggan: Fast response, ramah, dan after-sales service.
  • Testimoni dan review positif: Bukti sosial meningkatkan kepercayaan.
  • Fitur unik: Tambahkan keunikan yang tidak dimiliki kompetitor.

6. Jangan Takut Menentukan Harga Sesuai Value

Banyak pelaku UMKM takut menaikkan harga karena khawatir ditinggal pelanggan. Padahal jika nilai dan kualitas produk terus meningkat, wajar jika harga pun ikut naik.

Ingat, harga adalah representasi dari nilai. Jika kamu memberikan lebih, kamu berhak mendapatkan lebih.

Tips:

  • Sampaikan alasan harga dengan transparan kepada pelanggan.
  • Tunjukkan proses di balik layar (misalnya via reels atau story).
  • Edukasi pasar bahwa produk lokal berkualitas layak dihargai tinggi.

Nah #SobatPreneur, menentukan harga jual produk adalah kombinasi antara seni, analisis data, dan pemahaman akan pasar.

Jangan buru-buru meniru harga kompetitor atau asal menebak angka. Gunakan strategi yang terukur dan sesuaikan dengan visi bisnismu.

Dengan strategi yang tepat, #SobatPreneur tidak hanya bisa mendapatkan profit, tapi juga membangun bisnis yang berkelanjutan dan terus bertumbuh. ***

Editor: Fitrah Nugraha

Post Comment